Thursday, April 9, 2015

KESEPAKATAN 1100011



Pertanyaannya; Berapa jumlah Asma ul-Husna ?

Desi menjawab 99. Okta kawan sebangkunya menjawab 143. Heksa di barak sebelah tunjuk tangan dan menjawab yakin 63. Sang Guru membenarkan ketiga jawaban tersebut.



Matimatika adalah ilmu kesepakatan - alih-alih kepastian. Jika kesepakatannya; "jawablah dalam bilangan biner" maka ketiga jawaban tersebut salah. Jika tanpa kesepakatan yang jelas, maka jawaban Desi, Okta, dan Heksa tidak dapat dipersalahkan.



Dalam suatu diskusi atau perdebatan antar mazhab tentang "Apakah Khalid bin Walid adalah Sahabat Rasulullaah?" orang Sunni kaget ketika mengetahui jawaban orang Syiah adalah "tidak". Sebaliknya, orang Syiah tidak menyepakati jawaban orang Sunni bahwa Khalid ibn Walid adalah Sahabat Rasulullaah. Anda tidak akan bingung dengan fenomena ini jika Anda mengetahui bahwa "definisi Sahabat" kedua mazhab itu berbeda.

Seorang Sunni akan menuduh bahwa Syiah meremehkan Ibadah Haji karena Haji tidak dimasukkan ke dalam Rukun Islam Mazhab Syiah. Dengan asumsi yang sama, orang Syiah boleh balik menuduh bahwa orang Sunni meremehkan keutamaan Jihad karena tidak memasukkannya ke dalam Rukun Islam. Anda tidak akan bingung jika mendapati bahwa kaidah-kaidah masing-masing pun berbeda dalam merumuskan Rukun Islam.

Apa yang Anda fikirkan ketika melihat dua orang berdebat di pasar perihal tentang berat sekarung beras dimana masing-masing merujuk pada timbangan yang mereka bawa dari rumah ?

Terkadang, kesepakatan dalam memulai suatu diskusi lebih layak untuk di apresiasi meski hasilnya adalah ketidaksepakatan -- ketimbang diskusi yang tidak di mulai dengan kesepakatan meski hasil akhirnya adalah kata sepakat.

Saya tutup dengan sejarah "kecil" pergulatan antar-mazhab berikut ini: 

Zaman dahulu, orang NU dan MU sering bertengkar perihal qunut shubuh. Konon, bahkan penerimaan dan penolakan calon menantu bergantung dengan qunut-tidaknya shubuh mereka. Alhamdulillaah. Kini anak-anak muda NU dan MU tidak lagi bertengkar tentang soal qunut Shubuh setelah adanya JIL dan JIM -- karena kedua-duanya sudah sama-sama tidak shalat shubuh. :P


Thursday, April 24, 2014

DISKRIMINASI

Di kampus acara Rohis, jika hadir seorang mahasiswi gaul yang memakai pakaian ketat, ia rentan terdiskriminasi. Di tempat billiard, seorang wanita UIN penggemar billiard yang berjilbab merasa risih tiap kali orang memandang kepadanya. 

Ahok, adalah politisi yang seringkali mendapat diskriminasi lantaran latar-belakangnya yang Kristen dan keturunan Tiongkok. Imanuel yang yatim, tidak pernah mendapat sembako di setiap peringatan Hari Yatim di mesjid dekat rumahnya.

Diskriminasi adalah sebuah kata yang seringkali kita maknai selalu berseberangan dengan kata keadilan.



Seorang Ayah memberikan uang saku 50ribu rupiah kepada anaknya yang duduk di bangku SMA, dan 10ribu rupiah kepada anaknya yang SD. Anak kedua protes, “Ayah tidak adil, ini diskriminasi keluarga”.

Ade mendapat nilai merah pada raportnya pada mata pelajaran matimatika, sedangkan Silvia yang rajin mendapat nilai angka sembilan. Ade protes, bahwa ini adalah diskriminasi akademis.

Asmirandah dilarang oleh orangtuanya menikah dengan pacarnya yang berbeda agama. Asmirandah protes keras bahwa ini adalah diskriminasi agama.


Pertanyaannya; apakah kata DISKRIMINASI selalu melambangkan ketidakadilan ??

Sunday, December 1, 2013

REFLEKSI

Muhammad bin Idris Asy-Syafi`i (Imam Syafi'i) mempunyai dua (periode) ijtihad berbeda, Qaul Qadim dan Qaul Jadid. Yang pertama adalah ketika beliau masih belajar di Madinah dengan Imam Malik, dan yang kedua adalah ketika beliau berada di Baghdad setelah belajar dengan murid-murid Imam Hanafi. Perubahan hasil ijtihad-ijtihadnya selama di Madinah dengan ketika berada di Baghdad disebabkan oleh perkembangan wawasan keilmuannya, faktor lingkungan serta geografis yang berbeda.



Madzhab bisa dikatakan merupakan produk hasil REFLEKSI seorang Imam terhadap agamanya yang disebarkan para murid-muridnya dan di ikuti oleh masyarakat awam, yang berkembang serta terbentuk matang dalam rentang periode tertentu. 

Ketika agama adalah objek, madzhab adalah hasil dari observasi terhadap suatu agama yang PASTI tercampur oleh refleksi subjek (Imam) itu sendiri.

Anda berdiri darimana Anda duduk !





Tuesday, December 18, 2012

KONFRONTASI


KONFRONTASI adalah metode komunikasi paling primitif yang masih digunakan hingga zaman ini. Di sekolah, para pengajar kerap menggunakannya sebagai pendidikan dalam diskusi, seperti dengan membagi para pelajar ke dalam dua kelompok; kelompok yang menyetujui suatu pendapat,  kelompok yang menentangnya. Di Amerika, dua partai besar saling melakukan konfrontasi dalam tiap musim kampanye.

Konfrontasi juga sering terjadi dalam suatu organisasi dalam skala lingkup yang lebih kecil: antar supporter sepakbola, antar warga, antar pemilihan ketua RT, dan sebagainya.
Atau scope organisasi yang lebih kecil lagi; antara anak dengan orangtua, antara suami dengan istri, antara adik dengan kakak. Bahkan sesama kucing pun konfrontasi sering terjadi.

Konfrontasi hampir mustahil dapat di hindari. Bahkan bisa dikatakan mustahil seseorang tidak pernah terlibat konfrontasi dengan oranglain, kecuali ia seumur hidupnya hidup sendirian. Bahkan, konfrontasi dapat juga terjadi dalam diri sendiri (a.k.a komunikasi intrapersonal).

Konfrontasi adalah konsekuensi dari perbedaan, sedangkan perbedaan adalah suatu keniscayaan. Namun, perbedaan bukanlah halangan untuk hidup saling beriringan, bahkan merupakan alasan untuk saling mencintai dan mengasihi.

Hujan dan sinar matahari telah menampakkan kepada kita keindahan pelangi yang terdiri dari warna-warna berbeda namun saling berdampingan menciptakan sinergi keindahan yang jauh lebih indah jika dibandingkan dengan keindahannya yang terpisah-pisah. 

Warna-warna pelangi tersebut berasal dari satu warna, demikian menurut Isaac Newton.

Perbedaan itu sudah menjadi kehendak (iradah) dari Yang Maha Satu (Ahad). Mengingkarinya, menafikannya, berarti tidak meridhai iradah-Nya. Kita diajak membaca dan merenungkan (iqra’) agar dapat menemukan hikmah-hikmah dari keniscayaan perbedaan tersebut.

“There are two colours in my head” -Radiohead


Monday, December 10, 2012

ALKISAH


ALKISAH, ada seorang kakek yang tinggal di suatu dusun terpencil dimana puluhan tahun dalam hidupnya hanya pernah melihat mobil Toyota model kijang; extra grand, rover, kapsul, dan sbgnya. Suatu hari, sepasang kekasih muda melewati dusun tersebut dengan mengendarai mobil Volkswagen model kodok. Para penghuni dusun memperhatikan bentuk mobil yang tak biasa mereka lihat, termasuk kakek tersebut. Mereka mendebat makhluk macam apa yang tengah mereka saksikan.

Banyak orang yang bertahun-tahun mengenal dan mempelajari agama Islam HANYA melalui satu madzhab tertentu, kerap kurang mampu melihat kebenaran-kebenaran Islam melalui interpretasi madzhab-madzhab Islam lainnya. Ketika seorang anak muda mengatakan bahwa Volkswagen kodok adalah sebuah mobil juga, serta-merta sang kakek marah dan membantahnya.

Dalam dunia jejaring sosial, saya sering menemukan komentar bantah-membantah, kafir-mengkafirkan, sesat-mensesatkan antar orang-orang yang memeluk agama yang sama.

‘Konfrontasi’ merupakan paradigma paling primitif yang hingga kini ternyata masih digunakan manusia dalam ajang saling mengklaim kebenaran masing-masing.

Terkadang, rajin menambah kuantitas informasi tetapi tidak memperbaiki kualitas cara berpikir (paradigma) ibarat seseorang yang mengasah kemampuannya memanjat tetapi ia memanjat sebuah tangga yang disandarkan pada tembok yang salah.

Di sekolah kita terbiasa diberi pertanyaan yang mempunyai hanya satu jawaban. Pola multiple choice yang seringkali kita temukan sepanjang perjalanan hidup di dalam tembok akademis, pun sedikit-banyaknya mempengaruhi paradigma yang menjadikan kita sukar menerima bahwa ada “banyak jawaban berbeda yang sama-sama benar” dalam kehidupan di luar tembok.

Meski hanya ada satu jawaban benar dari pertanyaan 5 + 5 = X, namun dalam kehidupan sehari-hari, pada kenyataannya kita sering menemukan terdapat "banyak jawaban berbeda yang ternyata sama-sama benar", seperti 10 = X + Y.

Sunday, December 2, 2012

MEMBACA ARAH ANGIN


Kita harus MEMBACA ARAH ANGIN sebelum menerbangkan layang-layang.

Dokter wajib mendiagnosa pasiennya untuk menentukan resep yang tepat; penyakit yang di derita, daya tahan tubuh, kemampuan keuangan.

Guru harus memahami karakter dominan masing-masing muridnya; tipe visual, auditori, atau kinesketik.

Orangtua seyogyanya mengenal betul kecenderungan watak masing-masing anaknya; hobinya, cita-cita, orang-orang yang dikagumi, kawan-kawan akrabnya.

Setiap kekasih sangat dianjurkan mengetahui sifat-sifat pasangan hidupnya; latar belakang keluarga, pendidikan, kedekataan agama, pergaulan sosialnya.

Dalam hidup ini, perbedaan adalah suatu keniscayaan. Perbedaan adalah kehendak Sang Pencipta. Dikatakan bahwa, tujuan DIA menciptakan perbedaan adalah untuk saling “kenal-mengenal.”

Cara mengenal paling ampuh adalah dengan mengetahui paradigma seseorang; cara ia melihat, menafsirkan dunia. Bukan waktu yang singkat, bahkan bisa bertahun-tahun hingga kita benar-benar mampu memahami serta melihat melalui “kacamata” mereka, bukan dengan “kacamata” kita lagi.

Akan terdapat banyak pertengkaran, perdebatan, pertikaian, bahkan peperangan hingga sampai pada tingkat pengenalan yang lebih tinggi, yakni saling pengertian, saling memahami, saling empati, dan saling mencintai satu sama lain dengan ketulusan yang luhur.

Ada saatnya ketika antara kekasih, antara anak dan orangtua, antara keluarga, antara bangsa, antara ras, etnis, serta agama, yang sebelumnya bertatap muka saling berdebat, bertikai, bertengkar, dan berperang, suatu saat di ujung hari masing-masing akan duduk berdampingan memandang ke arah yang sama, berkomunikasi dari hati ke hati, saling memahami satu sama lain, dan saling berlomba-lomba berbagi kasih sayang serta menebar kebahagiaan.


“Aku Maha Tahu, sedangkan kalian tidak tahu”, demikian jawaban Tuhan membantah prediksi para malaikat tentang masa depan manusia yang diramalkan hanya membuat kehancuran dan pertumpahan darah di bumi.

Pertumpahan darah antar manusia memang terjadi sepanjang sejarah peradaban manusia, sesuai prediksi para malaikat. Kendatipun, mereka tidak mengetahui makna sesungguhnya di balik itu semua.

Mudah-mudahan, apa yang saya paparkan di atas merupakan salah satu hikmah di balik itu semua.

“Tidaklah kita (salah satu makhluk Tuhan) diciptakan bergolong-golongan (dalam keadaan memiliki keniscayaan perbedaan), kecuali bertujuan untuk saling kenal-mengenal satu sama lain (ta’aaruf).”

Saturday, December 1, 2012

BINGKAI LUKISAN


BINGKAI LUKISAN itu bagus sekali, tetapi tidak berarti selalu cocok untuk semua lukisan. Kacamata kepunyaanmu membantu penglihatanmu, namun tidak berarti serta-merta membantu penglihatanku. Seleraku rokok kretek, tak berarti seleramu sama seperti seleraku.

Kita suka terjebak dengan asumsi bahwa cara pandang kita terhadap hidup ini yang kita pikir adalah sesuatu yang baik, maka pasti baik pula untuk oranglain. Kita menduga “cara kita menyetir”, – meskipun itu baik – maka oranglain pun sebaiknya harus menyetir dengan cara seperti itu. Kita merasa cara kepemimpinan yang berhasil pada masa lalu, maka cara itu pasti berhasil di masa depan. Kita berpikir, cara mencari rezeki yang relevan di masa lalu, maka cara itu juga relevan di masa kini. Kita mengira, cara didikan orangtua kita sewaktu kecil, tentu cocok untuk diterapkan dalam mendidik anak kita nanti.

Bukankah ‘pakaian’ yang cocok bagi kita, belum tentu serta-merta cocok dikenakan oleh oranglain?

Berapa banyak orangtua yang memaksakan ‘pakaian’-nya kepada anak-anaknya, lalu terheran ketika mereka enggan memakainya karena merasa tidak cocok? Bukankah keberhasilan model demokrasi di suatu negara ternyata ada yang tidak berhasil diterapkan di negara lain?

Kacamata itu memang cocok dan membantu penglihatan Anda. Tetapi sama sekali tidak membantu – bahkan memperburuk – penglihatan saya.

Betapapun kedua orang pasien mengidap penyakit yang sama persis, namun seorang dokter yang arif tetap harus mendiagnosa keduanya dengan seksama. Siapa tau salah satu dari mereka alergi terhadap sesuatu, seperti tubuh saya yang alergi terhadap jenis antibiotik penicillin.

Guru yang bijak mengetahui betul bahwa metode mengajar yang cocok terhadap suatu murid, belum tentu cocok diterapkan terhadap murid yang lain.

Seorang kawan yang terkenal dengan status “playboy kampung cap duren-tiga” berbagi pengalamannya seputar kisah percintaan dengan semua mantannya yang recently berjumlah 83. Ia memberi petuah, bahwa “pola PDKT yang sama, tidak dapat diterapkan terhadap tipe karakter wanita yang berbeda. Kita harus membaca arah angin sebelum menerbangkan layang-layang”.

Ah seandainya ia memberitahuku sejak dulu, mungkin jumlah mantanku tidak lima... :(